Kamis, 16 Juli 2015

[006] Al An'am Ayat 054


««•»»
[006] Al An'am Ayat 054
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 53]•[AYAT 55]•
•[KEMBALI]•

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»» 
54of165
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=6&tAyahNo=54&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#6:54

[006] Al An'am Ayat 053


««•»»
Surah Al An'aam 53

وَكَذَلِكَ فَتَنَّا بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لِيَقُولُوا أَهَؤُلَاءِ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنْ بَيْنِنَا أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَعْلَمَ بِالشَّاكِرِينَ
««•»»
wakadzaalika fatannaa ba'dhahum biba'dhin liyaquuluu ahaaulaa-i manna allaahu 'alayhim min bayninaa alaysa allaahu bi-a'lama bialsysyaakiriina
««•»»
Dan demikianlah telah Kami uji sebahagian mereka (orang-orang kaya) dengan sebahagian mereka (orang-orang miskin), supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata: "Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah Allah kepada mereka?" (Allah berfirman): "Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepadaNya) ?"
««•»»
Thus do We test them by means of one another so that they should say, ‘Are these the ones whom Allah has favoured from among us?!’ Does not Allah know best the grateful?!
««•»»

Perumpamaan yang diterangkan pada ayat yang lalu adalah semacam cobaan dan ujian Allah kepada orang-orang yang beriman. Cobaan itu sengaja diberikan Allah untuk menguji dan memperkuat iman seseorang yang benar-benar beriman, tabah dan sabar menghadapi cobaan-cobaan itu, sebaliknya orang yang kurang atau tidak beriman pasti tidak akan tabah dan sabar menghadapinya.

Cobaan dan ujian itu diberikan Allah dalam beraneka bentuk dan ragam. Adakalanya cobaan itu berupa perbedaan-perbedaan yang terdapat di antara manusia, ada yang kaya, ada yang miskin, ada yang kuat dan ada yang lemah, ada yang berkuasa dan ada yang dikuasai, ada yang menindas dan ada yang tertindas dan sebagainya. Demikian pula ada yang bodoh ada yang pandai, ada yang sehat dan ada yang sakit dan sebagainya.

Orang-orang yang lemah imannya akan merasa terhina dengan perkataan orang-orang kafir, "Orang-orang yang memeluk agama Islam itu hanyalah orang-orang bodoh, orang-orang miskin dan orang-orang yang berasal dari kasta
yang rendah" atau perkataan orang-orang kafir, "bahwa kamilah yang dicintai Allah, karena kami diberi rezeki yang banyak dan pengetahuan yang tinggi oleh Allah" dan sebagainya. Sedangkan orang yang kuat imannya tidak terpengaruh sedikitpun oleh perkataan yang demikian itu, bahkan imannya bertambah kuat karenanya.

Allah lah yang menetapkan pemberian nikmat dan penambahan nikat kepada seorang hamba-Nya dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang pantas diberi atau ditambah nikmat baginya dan Allah lebih mengetahui mana nikmat yang sebenarnya dan mana nikmat yang semata-mata diberikan sebagai cobaan. Dan sunatullah menetapkan bahwa orang-orang yang akan diberi nikmat baginya, ialah orang-orang yang dapat menghargai nikmat itu, yaitu dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Dia, Maha Pemberi nikat.

Allah swt. berfirman
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
(QS. Ibrahim [14]:7)

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Dan demikianlah telah Kami uji) Kami telah coba (sebagian mereka dengan sebagian lainnya) yakni orang yang mulia dengan orang yang rendah, orang kaya dengan orang miskin, untuk Kami lombakan siapakah yang berhak paling dahulu kepada keimanan (supaya mereka berkata) orang-orang yang mulia dan orang-orang yang kaya yaitu mereka yang ingkar ("Orang-orang semacam inikah) yakni orang-orang miskin (di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka?") hidayah. Artinya jika apa yang sedang dilakukan oleh orang-orang miskin dan orang-orang rendahan itu dinamakan hidayah, niscaya orang-orang mulia dan orang-orang kaya itu tidak akan mampu mendahuluinya. Allah berfirman, ("Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur?") kepada-Nya lalu Dia memberikan hidayah kepada mereka. Memang betul.
««•»»
And even so We have tried, We have tested, some of them by others, that is, the noble one by the commoner, the rich man by the poor man, preferring the [latter] one by giving [him] precedence in [attaining] faith, so that they, the noble ones and the rich, may say, in disavowal, ‘Are these, the poor, the ones whom God has favoured from among us?’, with guidance? In other words [so that they may say]: if what they follow is [true] guidance, they would not have preceded us [in attaining it]. God, exalted be He, says: Is God not best aware of those who are thankful?, to Him, to guide them? Indeed [He is].

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
klik ASBABUN NUZUL klik
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

Imam Ahmad, Imam Thabrani dan Ibnu Abu Hatim meriwayatkan melalui Ibnu Masud r.a. yang telah mengatakan, bahwa ada segolongan orang-orang Quraisy bertemu dengan Rasulullah saw. yang ketika itu sedang bersama Khabbab bin Art, Shuhaib, Bilal dan Ammar. Kemudian mereka berkata, "Hai Muhammad! Apakah engkau suka terhadap mereka dan apakah mereka orang-orang yang mendapat anugerah dari Allah di antara kami? Andaikata engkau mengusir mereka niscaya kami mau mengikutimu." Lalu Allah swt. menurunkan wahyu-Nya berkenaan dengan mereka, yaitu firman-Nya, "Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan Tuhan..." sampai dengan firman-Nya, "...supaya jelas pula jalan orang-orang yang berdosa."
(QS. Al An'am [6]:51-55).

Ibnu Hibban dan Hakim meriwayatkan melalui Saad bin Abu Waqqash yang mengatakan, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan enam orang, yaitu saya sendiri, Abdullah bin Masud dan empat orang lainnya. Mereka (kaum musyrikin) berkata kepada Rasulullah saw., "Usirlah mereka (yakni para pengikut Nabi) sebab kami merasa malu menjadi pengikutmu seperti mereka." Akhirnya hampir saja Nabi saw. terpengaruh oleh permintaan mereka, akan tetapi sebelum terjadi, Allah swt. menurunkan firman-Nya, "Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya...," sampai dengan firman-Nya, "...Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)."
(QS. Al An'am [6]:52-53).

Dan Ibnu Jarir mengetengahkan melalui Ikrimah yang telah mengatakan, bahwa telah datang Atabah bin Rabi'ah, Syaibah bin Rabi'ah, Muth'im bin Addi dan Harts bin Naufal beserta para pemuka kabilah Abdul Manaf dari kalangan kaum kafir kepada Abu Thalib. Kemudian mereka berkata kepadanya, "Seandainya anak saudaramu mengusir hamba-hamba sahaya tersebut, niscaya ia sangat kami agungkan dan akan ditaati di kalangan kami serta ia lebih dekat kepada kami, dan niscaya kami akan mengikutinya." Lalu Abu Thalib menyampaikan permintaan mereka kepada Nabi saw. Umar bin Khaththab mengusulkan, "Bagaimana jika engkau melakukan apa yang mereka pinta itu, kemudian mari kita lihat apa yang akan mereka kehendaki." Akan tetapi kemudian Allah swt. menurunkan firman-Nya, "Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan...," sampai dengan firman-Nya, "...tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)."
(QS. Al An'am [6]:51-53).

Mereka yang dimaksud adalah Bilal, Ammar bin Yasir, Salim bekas budak Ibnu Huzaifah, Saleh bekas budak Usaid, Ibnu Masud, Miqdad bin Abdullah, Waqid bin Abdullah Al-Hanzhali dan orang-orang yang miskin seperti mereka. Akhirnya Umar menghadap Nabi saw. seraya memohon maaf atas perkataannya itu. Setelah itu turunlah firman-Nya, "Apabila datang kepadamu orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami..."
(QS. Al An'am [6]:54).

Ibnu Jarir, Ibnu Abu Hatim dan selain mereka berdua mengetengahkan melalui Khabbab yang telah berkata, bahwa Aqra' bin Habis dan Uyainah bin Hishn telah datang menghadap, lalu mereka menemukan Rasulullah saw. bersama Shuhaib, Bilal, Ammar dan Khabbab dalam keadaan duduk-duduk ditemani oleh segolongan kaum mukminin yang lemah-lemah. Tatkala mereka melihat orang-orang tersebut berada di sekitar Nabi saw., mereka menghina orang-orang lemah sahabat Nabi itu. Kemudian mereka menemui Nabi saw. secara tertutup lalu mereka berkata, "Kami menghendaki engkau membuat suatu majelis tersendiri untuk kami, tentu engkau telah mengetahui kedudukan kami di kalangan orang-orang Arab. Sebab para utusan Arab sering datang kepadamu; kami merasa malu apabila datang utusan orang-orang Arab, mereka melihat kami bersama dengan budak-budak itu. Untuk itu kami minta apabila kami datang kepadamu, harap engkau mengusir mereka dari sisimu, dan apabila kami telah selesai bertemu denganmu, maka kami persilakan engkau duduk kembali bersama mereka jika hal itu engkau kehendaki." Nabi saw. menjawab, "Ya." Kemudian setelah itu turunlah ayat ini, yaitu firman-Nya, "Janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya..."
(QS. Al An'am [6]:52).

Kemudian Allah swt. menyebutkan tentang Aqra' dan temannya itu melalui firman-Nya, "Dan demikianlah telah Kami uji sebahagian mereka (orang-orang yang kaya) dengan sebagian mereka (orang-orang yang miskin)..."
(QS. Al An'am [6]:53).

Dan tersebutlah bahwa Rasulullah saw. sering duduk-duduk bersama kami, apabila ia bermaksud pergi, maka ia berdiri dan meninggalkan kami masih dalam keadaan duduk. Setelah itu turunlah firman Allah, "Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya..."
(Q.S. Al Kahfi [18]:28).

Ibnu Katsir berkata, "Hadis ini adalah hadis garib, sebab sesungguhnya ayat ini adalah Makiah, sedangkan Aqra' dan Uyainah sesungguhnya mereka berdua baru masuk Islam sesudah lewat satu tahun masa hijrah."
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 52]•[AYAT 54]•
•[KEMBALI]•

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»» 
53of165
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=6&tAyahNo=53&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#6:53

[006] Al An'am Ayat 052


««•»»
Surah Al An'aam 52

وَلَا تَطْرُدِ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ مَا عَلَيْكَ مِنْ حِسَابِهِمْ مِنْ شَيْءٍ وَمَا مِنْ حِسَابِكَ عَلَيْهِمْ مِنْ شَيْءٍ فَتَطْرُدَهُمْ فَتَكُونَ مِنَ الظَّالِمِينَ
««•»»
walaa tathrudi alladziina yad'uuna rabbahum bialghadaati waal'asyiyyi yuriiduuna wajhahu maa 'alayka min hisaabihim min syay-in wamaa min hisaabika 'alayhim min syay-in fatathrudahum fatakuuna mina alzhzhaalimiina
««•»»
Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan petang hari, sedang mereka menghendaki keridhaanNya. Kamu tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatan mereka dan merekapun tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatanmu, yang menyebabkan kamu (berhak) mengusir mereka, (sehingga kamu termasuk orang-orang yang zalim) {475}.
{475} Ketika Rasulullah s.a.w. sedang duduk-duduk bersama orang mukmin yang dianggap rendah dan miskin oleh kaum Quraisy, datanglah beberapa pemuka Quraisy hendak bicara dengan Rasulullah, tetapi mereka enggan duduk bersama mukmin itu, dan mereka mengusulkan supaya orang-orang mukmin itu diusir saja, lalu turunlah ayat ini.
««•»»
Do not drive away those who supplicate their Lord morning and evening desiring His face.[1] Neither are you accountable for them in any way, nor are they accountable for you in any way, so that you may drive them away and thus become one of the wrongdoers.
[1] Or ‘desiring only Him.’ The phrase ‘yurīdūna wajha’ has been interpreted variously as meaning ‘seeking His nearness,’ ‘seeking His presence,’ ‘desiring His reward,’ ‘seeking His pleasure,’ and ‘pursuing His path.’ Cf. 18:28.
««•»»

Diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Jarir, Ibnu Hatim dan Tabrani dari Abdullah bin Mas'ud, ia berkata, "Para pembesar Quraisy lewat di hadapan Rasulullah saw. dan di dekat Nabi ada sahabat nabi yang dianggap rendah kedudukannya oleh orang-orang quraisy, seperti Suhaib, Ammar, Khabbab dan yang lainnya. Para pembesar quraisy itu berkata, "Ya Muhammad! Apakah kamu rela mereka yang rendah derajat itu menjadi pengganti kami? Apakah mereka itu orang-orang yang dikaruniai Allah di antara kita? Apakah kami akan menjadi pengikut mereka? Maka singkirkanlah mereka dari kamu, mudah-mudahan jika mereka telah tersingkir, kami akan mengikuti "engkau". Maka Allah menurunkan ayat 50, 52 dan 53 surah ini.

Allah swt. memperingatkan agar Rasulullah jangan sekali-kali mengabaikan orang-orang yang menyembah dan menyeru Allah pagi dan petang, semata-mata untuk mencari keridaan Allah dengan memurnikan ketaatan kepadanya, walaupun mereka itu adalah orang-orang miskin atau orang-orang yang termasuk orang-orang yang rendah di dalam masyarakat.

Mereka beribadah, beramal dan bersedekah semata-mata karena Allah, tidak menginginkan puja dan puji dari manusia,

sebagaimana tersebut dalam firman Allah swt.
إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا
Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu, hanyalah untuk mengharapkan keridaan Allah. Kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.
(QS Al Insan [76]:9)

Dan firman Allah:
وَمَا لِأَحَدٍ عِنْدَهُ مِنْ نِعْمَةٍ تُجْزَى إِلَّا ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِ الْأَعْلَى وَلَسَوْفَ يَرْضَى
Padahal tidak ada seorangpun memberikan sesuatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridaan Tuhannya yang Maha Tinggi dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan.
(QS. Al Lail [92]:19-21)

Sekalipun di antara mereka ada orang dipandang rendah kedudukannya dalam masyarakat tetapi dia di sisi Allah adalah orang yang paling mulia.

Allah swt berfirman:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
(QS. Al Hujuurat [49]:13)

Ayat di atas dan asbabnuzulnya mengisyaratkan pada Nabi Muhammad saw. bahwa telah berlaku pula sunah Allah pada beliau seperti yang telah berlaku pada Rasul-rasul yang terdahulu, yaitu kebanyakan dari orang-orang yang mula-mula beriman dan mengikuti seruan mereka adalah orang-orang yang mempergunakan akal pikirannya tetapi mereka adalah orang-orang yarg miskin atau orang-orang yang dipandang hina oleh masyarakatnya, sedang pemuka-pemuka masyarakat dan orang-orang kaya memusuhi dan mengingkari seruan Rasul,

sebagaimana firman Allah swt.
وَمَا أَرْسَلْنَا فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيرٍ إِلَّا قَالَ مُتْرَفُوهَا إِنَّا بِمَا أُرْسِلْتُمْ بِهِ كَافِرُونَ وَقَالُوا نَحْنُ أَكْثَرُ أَمْوَالًا وَأَوْلَادًا وَمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِينَ
Dan kami tidak mengutus kepada suatu negeri seoang pemberi peringatanpun, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negara itu berkata, "Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya." Dan mereka berkata, "Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak-anak (dari pada kamu) dan kami sekali-kali tidak akan diazab".
(QS. Saba' [34]:34-35)

Dan firman Allah swt:
فَقَالَ الْمَلَأُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ مَا نَرَاكَ إِلَّا بَشَرًا مِثْلَنَا وَمَا نَرَاكَ اتَّبَعَكَ إِلَّا الَّذِينَ هُمْ أَرَاذِلُنَا بَادِيَ الرَّأْيِ وَمَا نَرَى لَكُمْ عَلَيْنَا مِنْ فَضْلٍ بَلْ نَظُنُّكُمْ كَاذِبِينَ
Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya, "Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu melainkan orang-arang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja dan kami tidak melihat kamu memiliki suatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta".
(QS. Huud []11:27)

Dan Allah swt, memperingatkan Nabi Muhammad saw. bahwa dia tidak berwenang menilai perbuatan orang-orang yang menyeru dan menyembah Allah pagi dan petang itu, sebagaimana pula mereka tidak berwenang menilai
perbuatan Rasul. Yang berwenang menilai semuanya hanyalah Allah karena Dia Pemilik dan Penguasa Semesta Alam. Orang-orang Mukmin bukanlah budak dan bukan pula pesuruh atau pegawai Rasul, mereka adalah hamba Allah bertugas menyampaikan wahyu-Nya kepada manusia.

Allah swt berfirman.
فَذَكِّرْ إِنَّمَا أَنْتَ مُذَكِّرٌ لَسْتَ عَلَيْهِمْ بِمُسَيْطِرٍ
Maka berilah peringatan karena sesungguhnya kami hanyalah orang-orang memberi peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa alas mereka.
(QS. Al Ghasiyah [88]:21-22)

Oleh sebab itu janganlah sekali-sekali Nabi Muhammad mengusir orang-orang yang menyembah dan menghambakan diri pagi atau petang itu. Jika Nabi saw. melakukannya maka berarti ia termasuk orang-orang yang zalim karena yang berwenang menilai dan memberi balasan itu hanyalah Allah semata.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang hari sedangkan mereka menghendaki) dengan ibadahnya itu (keridaan-Nya) Yang Maha Tinggi bukannya untuk tujuan meraih sesuatu dari keduniaan. Mereka adalah kaum muslimin yang miskin sedangkan kaum musyrikin sangat tidak menyukai mereka lalu orang-orang musyrik meminta kepada Nabi saw. agar beliau mengusir mereka dari sisinya supaya orang-orang musyrik itu dapat duduk bersama-sama dengan beliau. Kemudian Nabi saw. bermaksud untuk memenuhi permintaan orang-orang musyrik itu agar mereka mau masuk Islam. (Kamu tidak memikul tanggung jawab terhadap perbuatan mereka) huruf min adalah tambahan (sedikit pun) jika hati mereka tidak rela (dan mereka pun tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatanmu yang menyebabkan kamu berhak mengusir mereka) sebagai jawab dari nafi (sehingga kamu termasuk orang-orang yang lalim) jika kamu melakukan hal itu.
««•»»
And do not drive away those who call upon their Lord at morning and evening desiring, through their worship, His countenance, exalted be He, and not [desiring] any of the transient things of this world — and these are the poor. The idolaters had reviled them and demanded that he [the Prophet] expel them, so that they could sit with him. The Prophet (s) wanted [to do] this, because of his desire that they become Muslims. You are not accountable for them in anything (min shay’in: min is extra), if what they hide in themselves be displeasing; nor are they accountable for you in anything, that you should drive them away (this is the response to the negative sentence) and be of the evildoers, if you do this.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 51]•[AYAT 53]•
•[KEMBALI]•

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»» 
52of165
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=6&tAyahNo=52&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#6:52

[006] Al An'am Ayat 051


««•»»
Surah Al An'aam 51

وَأَنْذِرْ بِهِ الَّذِينَ يَخَافُونَ أَنْ يُحْشَرُوا إِلَى رَبِّهِمْ لَيْسَ لَهُمْ مِنْ دُونِهِ وَلِيٌّ وَلَا شَفِيعٌ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ
««•»»
wa-andzir bihi alladziina yakhaafuuna an yuhsyaruu ilaa rabbihim laysa lahum min duunihi waliyyun walaa syafii'un la'allahum yattaquuna
««•»»
Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan kepada Tuhannya (pada hari kiamat), sedang bagi mereka tidak ada seorang pelindung dan pemberi syafa'atpun selain daripada Allah, agar mereka bertakwa.
««•»»
And warn by its[1] means those who fear being mustered toward their Lord, besides whom they shall have neither any guardian nor any intercessor, so that they may be Godwary.
[1] That is, the Qurʾān, referred to in the preceding verse: ‘I follow only what is revealed to me.’
««•»»

Pada ayat ini Allah swt memerintahkan Rasul-Nya agar memberi peringatan dan menyampaikan ancaman Allah kepada orang-orang yang mengingkari seruannya, setelah pada ayat-ayat yang lalu Allah memerintahkan agar menyampaikan risalahnya. Hal ini adalah wajar, karena orang yang diberi peringatan dan ancaman itu telah sampai kepadanya seruan Rasul dan pelajarannya, sehingga dapat mengambil manfaat dari ajaran itu, sesuai dengan firman Allah swt:

إِنَّمَا تُنْذِرُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَمَنْ تَزَكَّى فَإِنَّمَا يَتَزَكَّى لِنَفْسِهِ وَإِلَى اللَّهِ الْمَصِيرُ
Sesungguhnya yang dapat kamu beri peringatan hanyalah orang-orang yang takut kepada azab Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihatnya dan mereka mendirikan salat dan barang siapa yang menyucikan dirinya, sesungguhnya ia menyucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri dan kepada Allah lah kembali (mu).
(QS. Faathir [35]:18)

Dan firman Allah swt:
إِنَّمَا تُنْذِرُ مَنِ اتَّبَعَ الذِّكْرَ وَخَشِيَ الرَّحْمَنَ بِالْغَيْبِ فَبَشِّرْهُ بِمَغْفِرَةٍ وَأَجْرٍ كَرِيمٍ
Sesungguhnya kamu hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah walaupun dia tidak melihat-Nya. "Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia.
(QS. Yasin [36]:11)

Tegasnya Allah memerintahkan Nabi Muhammad saw agar memberi peringatan kepada orang-orang yang telah beriman, yang telah mengakui adanya hari akhirat dan adanya hari yang di waktu itu manusia menghadap Allah mempertanggungjawabkan segala perbuatannya yang telah dilakukannya di dunia, sebagaimana tersebut dalam firman Allah swt:

يَوْمَ لَا تَمْلِكُ نَفْسٌ لِنَفْسٍ شَيْئًا وَالْأَمْرُ يَوْمَئِذٍ لِلَّهِ
(Yaitu) hari (ketika) seseorang tiada berdaya sedikitpun untuk menolong orang lain. Dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah.
(QS. Al Infitar [82]:19)

Orang-orang yang telah benar-benar beriman selalu berusaha menyempurnakan takwanya kepada Allah, selalu mencari keridaan-Nya, tanpa menggantungkan diri kepada orang lain seperti wali-wali dan orang saleh. Mereka yakin dan percaya bahwa iman, amal dan kebersihan jiwa dapat membebaskan mereka dari segala siksaan Allah.

Adapun orang-orang kafir, mereka tidak perlu diberi peringatan itu karena peringatan dan ancaman itu tidak berfaedah baginya, mereka tidak percaya sedikitpun bahwa iman, amal dan kebersihan jiwa dapat membebaskan mereka dari siksaan Allah.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Dan berilah peringatan) takut-takutilah (dengannya) dengan Alquran (orang-orang yang takut akan dihimpunkan kepada Tuhannya pada hari kiamat sedang tidak ada bagi mereka selain-Nya) yakni selain Allah (seorang pelindung) yang dapat menolong mereka (dan pemberi syafaat pun) yang dapat memberikan syafaat kepada mereka. Jumlah kalimat yang diawali dengan huruf nafi menjadi hal dari dhamir yang terdapat di dalam lafal yuhsyaruu; maksudnya tempat yang ditakuti. Dan yang dimaksud dengan mereka adalah orang-orang yang maksiat (agar mereka bertakwa) kepada Allah dengan memberhentikan diri mereka dari kebiasaan yang biasa mereka lakukan kemudian mau berbuat ketaatan.
««•»»
Say, to them: ‘I do not say to you, “I possess the treasure houses of God”, from which He provides sustenance; and I do not have knowledge of the Unseen, that which is hidden from me and has not been revealed to me. And I do not say to you, “I am an angel”, from among the angels; I only follow what is revealed to me.’ Say: ‘Is the blind man, the disbeliever, equal to the seeing man, the believer? No! Will you not then reflect’ upon this and believe?

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
klik ASBABUN NUZUL klik
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

Imam Ahmad, Imam Thabrani dan Ibnu Abu Hatim meriwayatkan melalui Ibnu Masud r.a. yang telah mengatakan, bahwa ada segolongan orang-orang Quraisy bertemu dengan Rasulullah saw. yang ketika itu sedang bersama Khabbab bin Art, Shuhaib, Bilal dan Ammar. Kemudian mereka berkata, "Hai Muhammad! Apakah engkau suka terhadap mereka dan apakah mereka orang-orang yang mendapat anugerah dari Allah di antara kami? Andaikata engkau mengusir mereka niscaya kami mau mengikutimu." Lalu Allah swt. menurunkan wahyu-Nya berkenaan dengan mereka, yaitu firman-Nya, "Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan Tuhan..." sampai dengan firman-Nya, "...supaya jelas pula jalan orang-orang yang berdosa."
(QS. Al An'am [6]:51-55).

Dan Ibnu Jarir mengetengahkan melalui Ikrimah yang telah mengatakan, bahwa telah datang Atabah bin Rabi'ah, Syaibah bin Rabi'ah, Muth'im bin Addi dan Harts bin Naufal beserta para pemuka kabilah Abdul Manaf dari kalangan kaum kafir kepada Abu Thalib. Kemudian mereka berkata kepadanya, "Seandainya anak saudaramu mengusir hamba-hamba sahaya tersebut, niscaya ia sangat kami agungkan dan akan ditaati di kalangan kami serta ia lebih dekat kepada kami, dan niscaya kami akan mengikutinya." Lalu Abu Thalib menyampaikan permintaan mereka kepada Nabi saw. Umar bin Khaththab mengusulkan, "Bagaimana jika engkau melakukan apa yang mereka pinta itu, kemudian mari kita lihat apa yang akan mereka kehendaki." Akan tetapi kemudian Allah swt. menurunkan firman-Nya, "Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan...," sampai dengan firman-Nya, "...tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)."
(QS. Al An'am [6]:51-53).

Mereka yang dimaksud adalah Bilal, Ammar bin Yasir, Salim bekas budak Ibnu Huzaifah, Saleh bekas budak Usaid, Ibnu Masud, Miqdad bin Abdullah, Waqid bin Abdullah Al-Hanzhali dan orang-orang yang miskin seperti mereka. Akhirnya Umar menghadap Nabi saw. seraya memohon maaf atas perkataannya itu. Setelah itu turunlah firman-Nya, "Apabila datang kepadamu orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami..."
(QS. Al An'am [6]:54).
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 50]•[AYAT 52]•
•[KEMBALI]•

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»» 
51of165
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=6&tAyahNo=51&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#6:51

[006] Al An'am Ayat 050


««•»»
Surah Al An'aam 50

قُلْ لَا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلَا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلَا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَى إِلَيَّ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَى وَالْبَصِيرُ أَفَلَا تَتَفَكَّرُونَ
««•»»
qul laa aquulu lakum 'indii khazaa-inu allaahi walaa a'lamu alghayba walaa aquulu lakum innii malakun in attabi'u illaa maa yuuhaa ilayya qul hal yastawii al-a'maa waalbashiiru afalaa tatafakkaruuna
««•»»
Katakanlah: Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: "Apakah sama orang yang buta dengan yang melihat?" Maka apakah kamu tidak memikirkan(nya)?"
««•»»
Say, ‘I do not say to you that I possess the treasuries of Allah, nor do I know the Unseen, nor do I say to you that I am an angel. I follow only what is revealed to me.’ Say, ‘Are the blind one and the seer equal? So do you not reflect?’
««•»»

Para Rasul yang diutus adalah manusia biasa, mereka bertugas menyampaikan agama Allah kepada umat mereka masing-masing. Berlainan dengan Nabi Muhammad saw. beliau bertugas menyampaikan agama Allah kepada seluruh umat manusia. Mereka memberi kabar gembira kepada orang orang yang mengikuti seruannya dengan balasan pahala yang berlipat ganda dan Allah swt, memberi peringatan dan ancaman kepada orang yang mengingkari risalah dengan balasan azab yang besar.

Para Rasul itu bukanlah seperti para Rasul yang diinginkan oleh orang-orang kafir, yaitu orang-orang yang dapat melakukan keajaiban, mempunyai kemampuan di luar kemampuan manusia biasa, mempunyai ilmu yang melebihi ilmu manusia, ia bukan manusia tetapi seperti malaikat, atau mempunyai kekuasaan seperti kekuasaan Allah dan sebagainya.

Dalam ayat ini Allah swt. memerintahkan agar nabi Muhammad saw. menerangkan kepada orang-orang musyrik itu bahwa dia adalah rasul yang diutus Allah, ia adalah manusia biasa, padanya tidak ada perbendaharaan Allah, ia tidak mengetahui yang gaib dan ia bukan pula malaikat.

Yang dimaksud dengan perbendaharaan ialah suatu tempat penyimpanan barang-barang atau uang terutama barang-barang berharga kepunyaan diri sendiri atau orang lain yang mengamanatkan kepada orang yang memegang perbendaharaan itu. Karena itu bendahara berkewajiban dan berkuasa memelihara simpanan itu, mencegah dan menghalang-halangi orang lain yang hendak mempergunakan atau merusak simpanan itu.

Orang-orang kafir beranggapan bahwa Nabi Muhammad saw. jika ia benar-benar seorang rasul Allah tentu ia adalah bendahara Allah, karena itu mereka meminta agar Nabi Muhammad saw. memberi dan membagi-bagikan kepada mereka barang-barang yang berharga yang disimpan dalam perbendaharaan itu serta memanfaatkannya.

Anggapan orang-orang kafir itu adalah anggapan yang sangat jauh dari kebenaran karena Allah lah pemilik semesta alam ini,

sebagaimana firman Allah swt.
لِلَّهِ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا فِيهِنَّ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Kepunyaan Allah lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
(QS. Al Maidah [5]:120)

Dalam mengurus dan mengatur milik-Nya itu Allah swt. tidak memerlukan sesuatupun,

sebagaimana firman Allah swt.
وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
"...Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar."
(QS. Al Baqarah [2]:255)

Dan Allah swt menegaskan bahwa Dia lah yang memiliki perbendaharaan langit dan bumi, firman-Nya

وَلِلَّهِ خَزَائِنُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَفْقَهُونَ
Pada hal kepunyaan Allah lah perbendaharaan langit dan bumi, tetapi orang-orang munafik itu tidak memahami.
(QS. Al Munafiqun [63]:7)

Karena Allah pemilik semesta alam, pemilik perbendaharaan langit dan bumi, maka Dia pulalah yang berhak memberikan sesuatu kepada siapa yang dikehendaki-Nya, menyampaikan dan melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya; menetapkan penggunaan dan kegunaan sesuatu, bukan Rasul sebagaimana yang dikehendaki orang-orang musyrik itu.

Tugas Rasul hanyalah menyampaikan agama Allah kepada manusia sesuai dengan kesanggupannya sebagai seorang manusia. Dia tidak dapat melakukan sesuatu yang tidak sanggup manusia melakukannya, kecuali jika Allah menghendakinya. Karena itu ia tidak akan dapat memberi rezki pengikut pengikutnya yang miskin tidak dapat memenangkan pengikut-pengikutnya dalam peperangan semata-mata karena kekuasaannya, ia tidak sanggup mengetahui apakah seseorang telah benar-benar beriman kepadanya atau belum dan ia tidak sanggup menjadikan seseorang beriman kepadanya setelah ditunjukinya atau menjadikan seseorang itu tetap di dalam kekafiran.

Allah swt berfirman:
لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ
Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah lah yang memberi petunjuk, (memberi taufik) siapa yang dikehendaki-Nya.
(QS. Al Baqarah [2]:272)

Dan firman Allah swt.
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Sesungguhnya kamu tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.
(QS. Al Qashash [28]:56)

Dan Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad agar menegaskan kepada orang-orang kafir bahwa ia tidak pernah mengatakan ia mengetahui yang gaib yang tidak diketahui manusia, karena ia tidak diberi persediaan dan kesanggupan untuk mengetahuinya.

Barang yang gaib itu ada dua macam.

Pertama

Gaib yang hakiki yang tidak diketahui oleh suatu makhlukpun, termasuk malaikat. Hanya Allah sajalah yang mengetahuinya. Inilah gaib yang dimaksud dalam ayat di atas.

Allah swt berfirman:
قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ
Katakanlah, "Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib kecuali Allah Dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan".
(QS. An Naml [27]:65)

Jika Allah swt menghendaki, maka Dia memberi tahu yang gaib macam ini kepada para Rasulnya, seperti memberi tahu kepada Nabi Musa siapa orang Bani Israel yang membunuh saudaranya, setelah saudaranya yang terbunuh itu hidup kembali, setelah dipukul dengan bahagian dari sapi betina yang telah disembelih. Orang yang terbunuh yang telah hidup kembali itu memberitahukan siapa yang membunuhnya. Dan seperti memberi tahu kepada Nabi Isa as bahwa sesudah dia, Allah swt akan mengutus seorang Rasul dari keturunan Ismail dan sebagainya

Kedua

Gaib yang tidak hakiki, yaitu yang tidak diketahui oleh sebagian makhluk tetapi diketahui oleh yang lain.

Sebab-sebab sebagian makhluk mengetahuinya dan sebagian yang lain tidak mengetahuinya, di antaranya adalah karena:
  1. Persediaan ilmu pengetahuan. Orang-orang yang berilmu lebih dapat mengetahui hakikat sesuatu sesuai dengan bidang ilmu pengetahuannya dibanding dengan orang yang tidak berilmu.
  2. Pengalaman mengerjakan sesuatu pekerjaan, seperti bergeraknya sesuatu menandakan ada tenaga yang menggerakkannya dan sebagainya.
  3. Firasat atau suara hati, tentang ada dan tidaknya sesuatu, Firasat atan suara hati ini diperoleh seseorang karena kebersihan jiwanya, atau karena latihan-latihan yang biasa dilakukannya untuk itu gaib yang tidak hakiki ini bukanlah termasuk gaib yang disebutkan di atas yang hanya Allah saja yang mengetahuinya.
Kemudian Allah memerintahkan pula agar Nabi Muhammad saw mengatakan bahwa ia bukanlah Malaikat, sebagaimana Rasul yang dikehendaki oleh orang orang kafir itu.

Sebagian ahli tafsir, menjadikan ayat, "wala aqulu lakum inni malak" sebagai menguatkan pendapat mereka yang mengatakan bahwa malaikat itu lebih tinggi tingkatannya dari manusia. Tetapi bila diperhatikan benar benar, nyatalah bahwa ayat ini maksudnya bukanlah untuk menerangkan mana yang lebih utama antara malaikat dengan manusia. Ayat ini hanyalah menerangkan siapa dan bagaimana sebenarnya seorang Rasul itu.

Sebagaimana diketahui bahwa menurut kepercayaan orang-orang Arab Jahiliah waktu itu: malaikat adalah suatu makhluk Allah yang lebih tinggi tingkatannya dibanding dengan tingkatan manusia. Malaikat mengetahui yang gaib dan yang tidak diketahui manusia bahwa di antara mereka ada yang mengatakan bahwa malaikat adalah anak Allah. Karena itu mereka berpendapat bahwa Nabi dan Rasul itu bukanlah dari manusia biasa, hendaklah sekurang-kurangnya sama tingkatannya dengan tingkatan malaikat. Dan mereka minta kepada Nabi Muhammad agar diperlihatkan kepada mereka malaikat itu dan hendaklah Allah mengutus malaikat kepada mereka.

Untuk membantah dan memberi penjelasan kepada orang-orang musyrik itu, maka seakan-akan Nabi Muhammad saw menyuruh mengikuti pendapat mereka itu lebih dahulu dengan mengatakan, "wala aqulu lakum inni malak" (dan tidaklah aku mengatakan kepadamu bahwa aku ini adalah malaikat), kemudian membantahnya dengan mengatakan bahwa nabi itu tidak mempunyai kekuasaan dan pengetahuan seperti kekuasaan Allah dan pengetahuan-Nya, karena itu. janganlah ditanyakan kepadanya apa yang tidak diketahuinya dan janganlah ditanyakan sesuatu yang gaib yang hanya Allah saja yang mengetahuinya, tetapi katakanlah bahwa Muhammad itu adalah hamba Allah dan Rasul-Nya. Tugas seorang hamba itu ialah taat dan patuh kepada Allah, sedang tugas seorang Rasul itu adalah menyampaikan agama Allah kepada manusia. Karena itu tugasku ialah patuh dan taat kepada Allah serta menyampaikan agama-Nya.

Karena itu ayat di atas tidak bertentangan dengan ayat-ayat berikut

Firman Allah swt:
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
(QS. At Tin [95]:4)

Dan firman Allah swt
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي ءَادَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam. Kami angkat mereka di daratan dan di lautan. Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.
(QS. Al Isra' [17]:70)

Kemudian Allah memerintahkan agar Nabi Muhammad saw menegaskan kepada orang-orang musyrik itu bahwa yang disampaikannya itu tidak lain hanyalah wahyu dari Allah, bukan sesuatu yang dibuat-buat oleh Nabi.

Kemudian Allah swt menegaskan bahwa tidak sama antara oang yang buta dengan orang yang melihat, orang yang mendapat petunjuk dengan orang yang tidak mendapat petunjuk, tidak sama sifat Allah dengan sifat manusia, demikian pula antara sifat dan tugas malaikat dengan sifat dan tugas Rasul. Hendaklah perhatikan perbedaan-perbedaan yang demikian, agar nyata mana yang benar, mana yang salah, mana yang harus diikuti dan mana yang harus dihindari. Hanya orang-orang yang tidak mau menggunakan akallah yang tidak dapat melihat perbedaan-perbedaan itu.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Katakanlah) kepada mereka ("Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku) yang di antaranya ialah rezeki yang diberikan kepadanya (dan tidak) pula bahwa aku (mengetahui yang gaib) hal-hal yang gaib dariku dan tidak diwahyukan kepadaku (dan tidak pula aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat) di antara malaikat-malaikat lainnya. (Tidaklah) tiada lain (aku hanya mengikut apa yang diwahyukan kepadaku." Katakanlah, "Apakah sama orang yang buta) orang kafir (dengan orang yang melihat?") orang yang beriman; tentu saja tidak. (Maka apakah kamu tidak memikirkan) tentang hal itu, kemudian kamu beriman.
««•»»
Say, to them: ‘I do not say to you, “I possess the treasure houses of God”, from which He provides sustenance; and I do not have knowledge of the Unseen, that which is hidden from me and has not been revealed to me. And I do not say to you, “I am an angel”, from among the angels; I only follow what is revealed to me.’ Say: ‘Is the blind man, the disbeliever, equal to the seeing man, the believer? No! Will you not then reflect’ upon this and believe?
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 49]•[AYAT 51]•
•[KEMBALI]•

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»» 
50of165
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=6&tAyahNo=50&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#6:50

[006] Al An'am Ayat 049



««•»»
Surah Al An'aam 49

وَالَّذينَ كَذَّبوا بِآياتِنا يَمَسُّهُمُ العَذابُ بِما كانوا يَفسُقونَ
««•»»
waalladziina kadzdzabuu bi-aayaatinaa yamassuhumu al'adzaabu bimaa kaanuu yafsuquuna
««•»»
Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, mereka akan ditimpa siksa disebabkan mereka selalu berbuat fasik.
««•»»
But as for those who deny Our signs, the punishment shall befall them because of the transgressions they used to commit.
««•»»

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami mereka ditimpa siksaan disebabkan mereka selalu berbuat fasik) yaitu keluar dari garis-garis ketaatan.
««•»»
But those who deny Our signs, the chastisement shall afflict them because they were wicked, rebelling against obedience.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 48]•[AYAT 50]•
•[KEMBALI]•

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»» 
49of165
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=6&tAyahNo=49&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#6:49

Jumat, 05 Juni 2015

[006] Al An'am Ayat 048



««•»»
Surah Al An'aam 48

وَمَا نُرْسِلُ الْمُرْسَلِينَ إِلَّا مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ فَمَنْ آمَنَ وَأَصْلَحَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
««•»»
wamaa nursilu almursaliina illaa mubasysyiriina wamundziriina faman aamana wa-ashlaha falaa khawfun 'alayhim walaa hum yahzanuuna
««•»»
Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberikan kabar gembira dan memberi peringatan. Barangsiapa yang beriman dan mengadakan perbaikan {474}, maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.
{474} Mengadakan perbaikan berarti melakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik untuk menghilangkan akibat-akibat yang jelek dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan.
««•»»
We do not send the apostles except as bearers of good news and warners. As for those who are faithful and righteous, they will have no fear, nor will they grieve.
««•»»

Tujuan Allah mengutus para rasul itu tidak lain hanyalah untuk menyampaikan berita gembira, memberi peringatan, menyampaikan ajaran-ajaran Allah yang akan menjadi pedoman hidup bagi manusia agar tercapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat serta memperingatkan manusia agar jangan sekali-kali mempersekutukan Allah dengan sesuatu pun dan jangan membuat kerusakan di muka bumi.

Barang siapa yang membenarkan dan mengikuti para rasul yang diutus kepadanya, mengerjakan amal yang saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap diri mereka akan ditimpa azab di dunia, seperti yang pernah ditimpakan kepada orang-orang yang mendustakan rasul dahulu dan mengingkari Allah, demikian pula terhadap azab akhirat yang dijanjikan untuk orang-orang kafir. Dan mereka tidak akan sedih dan putus asa di waktu menemui Allah terhadap sesuatu yang telah luput dari mereka, karena mereka yakin seyakin-yakinnya bahwa semua yang datang itu adalah dari Allah, mereka yakin bahwa Allah selalu menjaga, memelihara dan menolong mereka.

Allah swt. berfirman
لَا يَحْزُنُهُمُ الْفَزَعُ الْأَكْبَرُ وَتَتَلَقَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ هَذَا يَوْمُكُمُ الَّذِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
Mereka tidak akan disusahkan oleh kedahsyatan yang besar (pada hari kiamat) dan mereka disambut oleh para malaikat (malaikat berkata), "Inilah harimu yang telah dijanjikan kepadamu".
(QS Al Anbiyaa [21]:103)

Orang-orang yang mengikuti rasul dan mengerjakan amal yang saleh, tidak akan bersedih hati bila ditimpa musibah, seperti meninggalnya anak atau salah satu anggota keluarganya, musnahnya sebagian atau seluruh hartanya atau mereka ditimpa penyakit dan sebagainya, mereka akan tabah dan sabar menghadapinya, apa saja yang terjadi tidak akan mempengaruhi iman, amal, akhlak dan moral mereka. Sebaliknya orang-orang yang kafir akan putus asa dan bersedih hati karena sesuatu cobaan yang kecil saja dari Allah.

Allah swt. berfirman
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ(22)لِكَيْ لَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا ءَاتَاكُمْ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
Tiada sesuatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri, melainkan telah tertulis di dalam kitab (lohmahfuz) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.
(QS Al Hadid [57]:22 dan 23)

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberi kabar gembira) tentang surga terhadap orang yang beriman (dan memberi peringatan) kepada orang yang kafir dengan adanya siksaan neraka. (Siapa yang beriman) kepada rasul-rasul itu (dan mengadakan perbaikan) terhadap amal perbuatannya (maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati) di akhirat kelak.
««•»»
We do not send messengers, except as bearers of good tidings, to those who believe, [good tidings] of Paradise, and as warners, to those who disbelieve, [warning] of the Fire. Whoever believes, in them, and makes amends, in his deeds, no fear shall befall them, neither shall they grieve, in the Hereafter.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 47]•[AYAT 49]•
•[KEMBALI]•

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»» 
48of165
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=6&tAyahNo=48&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#6:48