Kamis, 16 Juli 2015

[006] Al An'am Ayat 053


««•»»
Surah Al An'aam 53

وَكَذَلِكَ فَتَنَّا بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لِيَقُولُوا أَهَؤُلَاءِ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنْ بَيْنِنَا أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَعْلَمَ بِالشَّاكِرِينَ
««•»»
wakadzaalika fatannaa ba'dhahum biba'dhin liyaquuluu ahaaulaa-i manna allaahu 'alayhim min bayninaa alaysa allaahu bi-a'lama bialsysyaakiriina
««•»»
Dan demikianlah telah Kami uji sebahagian mereka (orang-orang kaya) dengan sebahagian mereka (orang-orang miskin), supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata: "Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah Allah kepada mereka?" (Allah berfirman): "Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepadaNya) ?"
««•»»
Thus do We test them by means of one another so that they should say, ‘Are these the ones whom Allah has favoured from among us?!’ Does not Allah know best the grateful?!
««•»»

Perumpamaan yang diterangkan pada ayat yang lalu adalah semacam cobaan dan ujian Allah kepada orang-orang yang beriman. Cobaan itu sengaja diberikan Allah untuk menguji dan memperkuat iman seseorang yang benar-benar beriman, tabah dan sabar menghadapi cobaan-cobaan itu, sebaliknya orang yang kurang atau tidak beriman pasti tidak akan tabah dan sabar menghadapinya.

Cobaan dan ujian itu diberikan Allah dalam beraneka bentuk dan ragam. Adakalanya cobaan itu berupa perbedaan-perbedaan yang terdapat di antara manusia, ada yang kaya, ada yang miskin, ada yang kuat dan ada yang lemah, ada yang berkuasa dan ada yang dikuasai, ada yang menindas dan ada yang tertindas dan sebagainya. Demikian pula ada yang bodoh ada yang pandai, ada yang sehat dan ada yang sakit dan sebagainya.

Orang-orang yang lemah imannya akan merasa terhina dengan perkataan orang-orang kafir, "Orang-orang yang memeluk agama Islam itu hanyalah orang-orang bodoh, orang-orang miskin dan orang-orang yang berasal dari kasta
yang rendah" atau perkataan orang-orang kafir, "bahwa kamilah yang dicintai Allah, karena kami diberi rezeki yang banyak dan pengetahuan yang tinggi oleh Allah" dan sebagainya. Sedangkan orang yang kuat imannya tidak terpengaruh sedikitpun oleh perkataan yang demikian itu, bahkan imannya bertambah kuat karenanya.

Allah lah yang menetapkan pemberian nikmat dan penambahan nikat kepada seorang hamba-Nya dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang pantas diberi atau ditambah nikmat baginya dan Allah lebih mengetahui mana nikmat yang sebenarnya dan mana nikmat yang semata-mata diberikan sebagai cobaan. Dan sunatullah menetapkan bahwa orang-orang yang akan diberi nikmat baginya, ialah orang-orang yang dapat menghargai nikmat itu, yaitu dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Dia, Maha Pemberi nikat.

Allah swt. berfirman
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
(QS. Ibrahim [14]:7)

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Dan demikianlah telah Kami uji) Kami telah coba (sebagian mereka dengan sebagian lainnya) yakni orang yang mulia dengan orang yang rendah, orang kaya dengan orang miskin, untuk Kami lombakan siapakah yang berhak paling dahulu kepada keimanan (supaya mereka berkata) orang-orang yang mulia dan orang-orang yang kaya yaitu mereka yang ingkar ("Orang-orang semacam inikah) yakni orang-orang miskin (di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka?") hidayah. Artinya jika apa yang sedang dilakukan oleh orang-orang miskin dan orang-orang rendahan itu dinamakan hidayah, niscaya orang-orang mulia dan orang-orang kaya itu tidak akan mampu mendahuluinya. Allah berfirman, ("Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur?") kepada-Nya lalu Dia memberikan hidayah kepada mereka. Memang betul.
««•»»
And even so We have tried, We have tested, some of them by others, that is, the noble one by the commoner, the rich man by the poor man, preferring the [latter] one by giving [him] precedence in [attaining] faith, so that they, the noble ones and the rich, may say, in disavowal, ‘Are these, the poor, the ones whom God has favoured from among us?’, with guidance? In other words [so that they may say]: if what they follow is [true] guidance, they would not have preceded us [in attaining it]. God, exalted be He, says: Is God not best aware of those who are thankful?, to Him, to guide them? Indeed [He is].

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
klik ASBABUN NUZUL klik
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

Imam Ahmad, Imam Thabrani dan Ibnu Abu Hatim meriwayatkan melalui Ibnu Masud r.a. yang telah mengatakan, bahwa ada segolongan orang-orang Quraisy bertemu dengan Rasulullah saw. yang ketika itu sedang bersama Khabbab bin Art, Shuhaib, Bilal dan Ammar. Kemudian mereka berkata, "Hai Muhammad! Apakah engkau suka terhadap mereka dan apakah mereka orang-orang yang mendapat anugerah dari Allah di antara kami? Andaikata engkau mengusir mereka niscaya kami mau mengikutimu." Lalu Allah swt. menurunkan wahyu-Nya berkenaan dengan mereka, yaitu firman-Nya, "Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan Tuhan..." sampai dengan firman-Nya, "...supaya jelas pula jalan orang-orang yang berdosa."
(QS. Al An'am [6]:51-55).

Ibnu Hibban dan Hakim meriwayatkan melalui Saad bin Abu Waqqash yang mengatakan, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan enam orang, yaitu saya sendiri, Abdullah bin Masud dan empat orang lainnya. Mereka (kaum musyrikin) berkata kepada Rasulullah saw., "Usirlah mereka (yakni para pengikut Nabi) sebab kami merasa malu menjadi pengikutmu seperti mereka." Akhirnya hampir saja Nabi saw. terpengaruh oleh permintaan mereka, akan tetapi sebelum terjadi, Allah swt. menurunkan firman-Nya, "Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya...," sampai dengan firman-Nya, "...Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)."
(QS. Al An'am [6]:52-53).

Dan Ibnu Jarir mengetengahkan melalui Ikrimah yang telah mengatakan, bahwa telah datang Atabah bin Rabi'ah, Syaibah bin Rabi'ah, Muth'im bin Addi dan Harts bin Naufal beserta para pemuka kabilah Abdul Manaf dari kalangan kaum kafir kepada Abu Thalib. Kemudian mereka berkata kepadanya, "Seandainya anak saudaramu mengusir hamba-hamba sahaya tersebut, niscaya ia sangat kami agungkan dan akan ditaati di kalangan kami serta ia lebih dekat kepada kami, dan niscaya kami akan mengikutinya." Lalu Abu Thalib menyampaikan permintaan mereka kepada Nabi saw. Umar bin Khaththab mengusulkan, "Bagaimana jika engkau melakukan apa yang mereka pinta itu, kemudian mari kita lihat apa yang akan mereka kehendaki." Akan tetapi kemudian Allah swt. menurunkan firman-Nya, "Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan...," sampai dengan firman-Nya, "...tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)."
(QS. Al An'am [6]:51-53).

Mereka yang dimaksud adalah Bilal, Ammar bin Yasir, Salim bekas budak Ibnu Huzaifah, Saleh bekas budak Usaid, Ibnu Masud, Miqdad bin Abdullah, Waqid bin Abdullah Al-Hanzhali dan orang-orang yang miskin seperti mereka. Akhirnya Umar menghadap Nabi saw. seraya memohon maaf atas perkataannya itu. Setelah itu turunlah firman-Nya, "Apabila datang kepadamu orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami..."
(QS. Al An'am [6]:54).

Ibnu Jarir, Ibnu Abu Hatim dan selain mereka berdua mengetengahkan melalui Khabbab yang telah berkata, bahwa Aqra' bin Habis dan Uyainah bin Hishn telah datang menghadap, lalu mereka menemukan Rasulullah saw. bersama Shuhaib, Bilal, Ammar dan Khabbab dalam keadaan duduk-duduk ditemani oleh segolongan kaum mukminin yang lemah-lemah. Tatkala mereka melihat orang-orang tersebut berada di sekitar Nabi saw., mereka menghina orang-orang lemah sahabat Nabi itu. Kemudian mereka menemui Nabi saw. secara tertutup lalu mereka berkata, "Kami menghendaki engkau membuat suatu majelis tersendiri untuk kami, tentu engkau telah mengetahui kedudukan kami di kalangan orang-orang Arab. Sebab para utusan Arab sering datang kepadamu; kami merasa malu apabila datang utusan orang-orang Arab, mereka melihat kami bersama dengan budak-budak itu. Untuk itu kami minta apabila kami datang kepadamu, harap engkau mengusir mereka dari sisimu, dan apabila kami telah selesai bertemu denganmu, maka kami persilakan engkau duduk kembali bersama mereka jika hal itu engkau kehendaki." Nabi saw. menjawab, "Ya." Kemudian setelah itu turunlah ayat ini, yaitu firman-Nya, "Janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya..."
(QS. Al An'am [6]:52).

Kemudian Allah swt. menyebutkan tentang Aqra' dan temannya itu melalui firman-Nya, "Dan demikianlah telah Kami uji sebahagian mereka (orang-orang yang kaya) dengan sebagian mereka (orang-orang yang miskin)..."
(QS. Al An'am [6]:53).

Dan tersebutlah bahwa Rasulullah saw. sering duduk-duduk bersama kami, apabila ia bermaksud pergi, maka ia berdiri dan meninggalkan kami masih dalam keadaan duduk. Setelah itu turunlah firman Allah, "Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya..."
(Q.S. Al Kahfi [18]:28).

Ibnu Katsir berkata, "Hadis ini adalah hadis garib, sebab sesungguhnya ayat ini adalah Makiah, sedangkan Aqra' dan Uyainah sesungguhnya mereka berdua baru masuk Islam sesudah lewat satu tahun masa hijrah."
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 52]•[AYAT 54]•
•[KEMBALI]•

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»» 
53of165
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=6&tAyahNo=53&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#6:53

Tidak ada komentar:

Posting Komentar